Sungai Citanduy merupakan salah
satu sungai yang ada di Jawa Barat, melintasi kabupaten Ciamis,
KabupatenTasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar dan bermuara di Segara
Anakan Cilacap Jawa Tengah. Hulu Sungai Citanduy terletak di Pegunungan
Cakrabuana yang memiliki titik puncak tertinggi 1721 m. Aliran sungai Citanduy
mempunyai luas 350.000 Ha, 57% dari luas tersebut merupakan lahan pertanian,
sedangkan 33% berupa hutan dan perkebunan. Topografi dari wilayah sungai
Citanduy yang merupakan daerah yang rata sekitar 30%, daerah bukit dan
bergelombang sekitar 50% dan sisanya sekitar 20% mempunyai karakteristik berupa
tebing atau lereng dengan tekstur tanah yang mudah tererosi. Data tersebut merujuk dari data Dinas Pekerjaan Umum tahun 2006 (DPU, 2006). Bayangkan perubahan topografi yang terjadi sampai saat ini.
Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, secara kasat
mata kondisi sungai Cikidang mengalami kualitas penurunan yang sangat
signifikant terutama jika dilihat dari kualitas lingkungan di sekitar kawasan
sungai yang dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah oleh masyarakat
setempat. Hampir di sepanjang sungai terdapat pemandangan yang sangat
memprihatinkan dengan sampah berserakan yang tidak dikelola. Sampah plastik menjadi primadona utama penghuni sungai.
Seperti telah disampaikan pada artikel Kondisi Daerah Tangkapan Air Hulu DAS Citanduy sebelumnya, bahwa Sungai Citanduy di daerah hulu adalah pertemuan dua sungai
besar yaitu Citanduy dan Sungai Cikidang, yang bertemu di daerah Tanjungsari
kecamatan Sukaresik. Debit air kedua sungai ini hampir sama besarnya sehingga
jika terjadi hujan deras di kedua hulu sungai tersebut akan mengakibatkan
tersendatnya aliran air akibat benturan kedua sungai di wilayah pertemuan. Dan
tentu saja akibatnya adalah , banjir besar yang melanda hampir sebagian besar
wilayah Desa Tanjungsari Kecamatan Sukaresik. Bahkan menurut Sobur Suryana salah satu Valounteer dan aktivis Lingkungan Hidup di Kabupaten Tasikmalaya, dalam satu tahun bisa terjadi 3 kali banjir. Sungguh luar biasa, betapa setiap tahun warga selalu dihantui ketakutan akan datangnya banjir yang tentu saja akan membawa kerugian materi yang tidak sedikit terutama jika sang banjir datang di saat padi sedang menguning menjelang panen datang.
Obstacle di Sungai Citanduy |
Langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk Komunitas Desa Tanggap Bencana (Destana) dan Komunitas EcoVillage untuk mewadahi pergerakan mereka.
Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas pemuda antara lain melalui perecanaan, program dan aksi, penguatan kelembagaan dan management organisasi, pengembangan jejaring dan kerjasama, serta peningkatan kapasitas SDM. Perencanaaan program serta aksi dilakukan dengan melakukan sosialisasi, pendampingan dan pengembangan jaringan dan kerjasama. Sosialisasi dan pendampingan dilakukan dengan menentukan kelompok sasaran yaitu komunitas ibu-ibu rumah tangga/PKK, Komunitas pemuda dan karang taruna. Sedangkan pengembangan jaringan dan kerjasama seperti yang sudah dilakukan yaitu berkoordinasinya Destana dengan BPBD Kabupaten Tasikmalaya.
Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas pemuda antara lain melalui perecanaan, program dan aksi, penguatan kelembagaan dan management organisasi, pengembangan jejaring dan kerjasama, serta peningkatan kapasitas SDM. Perencanaaan program serta aksi dilakukan dengan melakukan sosialisasi, pendampingan dan pengembangan jaringan dan kerjasama. Sosialisasi dan pendampingan dilakukan dengan menentukan kelompok sasaran yaitu komunitas ibu-ibu rumah tangga/PKK, Komunitas pemuda dan karang taruna. Sedangkan pengembangan jaringan dan kerjasama seperti yang sudah dilakukan yaitu berkoordinasinya Destana dengan BPBD Kabupaten Tasikmalaya.
Penerapan konkrit dalam pengelolaan DAS Citanduy yaitu dalam bentuk penanaman pohon di sekitar daerah resapan dan tangkapan air serta bantaran-bantaran sungai Citanduy dan Cikidang yang rutin dilakukan hampir setiap 3 bulan 1 kali. Di samping penanaman pohon, pembersihan sungai pun kerap dilakukan untuk menyingkirkan obstacle obstacle yang bisa mengakibatkan sungai terganggu alirannya akibat menumpuknya sampah di tempat tersebut.
Dalam bidang penanganan sampah domestik, di sini juga telah di rintis satu bank sampah yang mudah-mudahan bisa dikembangkan dan dipertahankan.
Meskipun hal ini tidak lantas membuat 100% kawasan Desa Tanjungsari bebas dari banjir yang selalu datang. Karena kenyataannya hal ini masih terus saja terjadi walaupun program yang dilaksanakan sudah mau memasuki tahun kedua. Dan sampah bawaan sungai Citanduy dan Cikidang dari arah hulu pun masih terus berdatangan. Namun hal itu tidak menyurutkan tekad untuk tetap berkarya dan bekerja demi Sungai dan Lingkungan.
Kami berprinsip, biarlah dari arah hulu terus mengalirkan sampah ke wilayah kami. Tapi Kami akan berusaha semaksimal mungkin bahwa tidak ada limbah dan sampah yang akan terbawa ke hilir dari wilayah kami. Mudah mudahan hal ini bisa meminimalisir konsentrasi sampah di sungai bagian hilir. Dan mudah mudah, apa yang kami lakukan akan diikuti oleh sahabat sahabat kami yang berada di bagian hulu maupun hilir sungai ini.
Peran Komunitas Dalam Pengelolaan Limbah Domestik
Fenomena lingkungan, yang jenuh akibat semakin meningkatnya baik volume maupun jenis limbah rumah tangga baik organik atau non organik. Keberadaan limbah sampah dirasakan kian menjadi permasalahan lingkungan yang harus mulai dipikirkan pemecahan penanganannya secara mandiri di tingkat lingkungan. Karena, tidak mungkin selalu mengandalkan pihak lain, dalam hal ini pemerintah, untuk menangani sampah. Apalagi di pedesaan, pengelolaan sampah biasanya tidak terjangkau karena jauh dari fasilitas pembuangan sampah yang ditangani oleh pemerintah. Akhirnya mau tidak mau masyarakat sendirilah yang harus mengelola sampah secara mandiri. Dengan sentuhan kreatifitas, sebenarnya sampah dapat dijadikan peluang ekonomi dengan menggunakan model pemilahan, pengolahan daur ulang sehingga memiliki daya jual di pasaran.
Selengkapnya di Peran Komunitas Lingkungan Hidup Dalam Pengelolaan Limbah Domestik
No comments:
Post a Comment