Friday, August 11, 2017

Pendakian Gunung Cakrabuana


Seperti telah di bahas dalam artikel sebelumnya yaitu Sekilas Tentang Gunung Cakra Buana, bahwa Gunung Cakrabuana adalah gunung di Jawa Barat dengan ketinggian 1721 mdpl dan koordinat 7°2'7"S 108°7'51"E, (-7.042274, 108.139782) dan berada di tapal batas antara 4 kabupaten yaitu Kabupaten Garut (Malangbong), Kabupaten Ciamis (Culamega, Sindang barang Panumbangan), Kabupaten Tasikmalaya (Pagerageung) dan Kabupaten Majalengka (Lemah Sugih).



Gunung ini memiliki sejarah penting dalam perjalanan leluhur orang Sunda. Pada masa lalu merupakan tapal batas antara Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, ini terlihat pada situs tugu batu jejer yang berada di Puncak Gunung ini. Yang saat ini tinggal menyisakan sedikit sekali batu batu yang ada atau bahkan sudah tidak nampak akibat tergerus air secara terus menerus atau mungkin karena faktor lain.

Pada kesempatan ini kita akan membahas tentang jalur Pendakian Gunung Cakra Buana yang mungkin saja baru sebagian orang mengetahuinya.

Jangankan jalur pendakian, mendengar nama Gunung Cakra Buana saja mungkin masih asing di telinga.

Gunung Cakra Buana
Ada beberapa jalur pendakian Gunung Cakra Buana yang bisa dipergunakan tergantung dari arah mana kita berencana untuk mendaki.
Untuk yang dari arah Sumedang anda bisa mempergunakan jalur Wado, dari arah Majalengka bisa memakai jalur Dusun Cakrawati Desa Lemah Putih Kec. Lemah Sugih dan dari Dusun Wiranjana kecamatan Cipasung.

Jalur Pendakian
Sedangkan dari arah Tasikmalaya, Ciamis dan sekitarnya anda bisa mempergunakan jalur Kampung Bunar dan Kampung Pangkalan Kecamatan Pagerageung.

Jalur inilah yang akan kita bahas pada tulisan ini.

Jalur Bunar dan Jalur Pangkalan sebenarnya berada pada jalan utama yang sama yaitu jalan Pagerageung - Bunar dan tidak terlalu jauh titik awal pendakian, mungkin berjarak sekitar 2 km.

Mau mempergunakan jalur mana?

Terserah strategi anda untuk menentukan jalur mana yang akan di pakai.

Punggungan Cakra Buana dilihat
Dari Kebun teh Bunar
Jalur Pangkalan.

Kampung Pangkalan terletak sekitar27 km dari kota ;Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya ;dan berada sekitar 3 km sebelum kampung Bunar.

Dari Kota Kecamatan Pagerageung, tepatnya Jalan Cijeruk anda dapat menggunakan mobil pick up khusus angkutan ke Bunar. Ada dua kali pemberangkatan yaitu pagi jam 07.00 WIB dan siang pukul 11.30 WIB.
Kalau kebetulan sudah tidak kebagian jadwal anda bisa memakai jasa ojek yang ada di jalan Cijeruk tersebut atau mencarter angkutan pedesaan.

20 sampai 30 menit memakai kendaraan dengan melewati jalan menanjak dan berkelok serta agak rusak anda akan sampai di Kampung Pangkalan. Tepat di depan mesjid ada parkiran cukup luas untuk membongkar logistik anda. Dan jangan lupa, masuklah dulu ke mesjid jika anda belum menunaikan sholat. Air untuk wudhu disini begitu menyegarkan, adem lahir bathin, In Syaa Allah..

Halaman Mesjid Pangkalan

Jalur pendakian via Kampung Pangkalan ini tepat berada di depan mesjid, lihat ada jalan setapak menanjak.

Namun sebelum melakukan pendakian ada baiknya anda bersilaturahmi dengan penduduk setempat untuk sekedar bertanya tentang jalur pendakian, beristirahat dan mempersiapkan seluruh logistik pendakian anda.
Ada rumah Bapak Oleh anak dari almarhum Aki Kholil kuncen Cakra Buana yang biasa menjadi tempat berkumpulnya para pendaki.

Kampung Pangkalan




Memulai pendakian dari jalan setapak depan mesjid anda akan langsung disuguhi Medan yang cocok untuk pemanasan. Ikuti jalur setapak tersebut sampai bertemu pertigaan jalan yang lebih besar, kemudian anda belok kiri.
Sebelum Memasuki hutan Pinus anda belok kiri lagi dan 300 meter kemudian anda belok kanan memasuki hutan Kaliandra (Calliandra calothyrsus). Dari sini anda sudah memasuki jalur utama punggungan menuju persimpangan pertama sebelum anda menginjakan kaki di "geger" atau bukit utama.

Mintalah diantar pada penduduk setempat minimal sampai hutan Kaliandra ini. Karena hampir tidak adanya penunjuk arah akan sangat membingungkan untuk menentukan jalan.
Banyak pendaki yang menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menemukan hutan Kaliandra ini.
Bahkan ada cerita dari rekan pendaki, sobat sobat saya dari Ciawi, yang hanya berputar putar di area perkebunan Kapulaga kemudian masuk ke areal persawahan dan turun lagi ke Kampung Pangkalan. Terus begitu berulang ulang sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menginap di saung petani di pinggir sawah karena hari sudah semakin larut.

Jangankan untuk para pendaki yang notabene adalah pendatang, bahkan dari cerita warga sekitarpun ada yang mengalami hal seperti itu. Berangkat malam karena memang sudah terbiasa, Berniat ke puncak untuk menginap dan berziarah. Setelah sekian jam mereka menyangka telah tiba di area kulah (Puncak Kancana), kemudian memutuskan untuk istirahat dan tidur ditempat tersebut agar subuh bisa langsung menuju puncak.

Tapi apa yang terjadi? Ketika subuh datang, mereka heran dengan suara Kokok ayam yang terasa begitu dekat sekali. Mereka baru sadar saat adzan subuh berkumandang dari mesjid, ternyata mereka berada di atas Kampung Pangkalan, dekat sekali.

Anda bisa konfirmasi cerita ini pada Pak Oleh dan istri di Pangkalan.

Sangat disarankan untuk yang baru pertama kali mendaki Gunung Cakra Buana ini untuk menghindari perjalanan malam. Jangan lupa air minum dan air untuk memasak. Karena tidak ada sumber air bersih di jalur pendakian.

Hindari perjalanan malam
Selanjutnya, setelah memasuki hutan Kaliandra kita tinggal mengikuti jalur utama. Dan mulailah memasuki pintu rimba. Jalan mulai terjal dihiasi batu batu dan akar berlumut serta tanah pijakan empuk berhumus. Dan mulailah binatang endemik Cakra Buana mengincar anda, dengan taring taringnya siap menghisap darah anda begitu ada celah yang memungkinkan. Pacet... Hehehehe..
Belum ke Cakra Buana kalau belum dihinggapi Pacet..

Pacet
Hutan Kaliandra sampai pertigaan pertama adalah track terberat jalur ini. Tracking pole tidak akan berfungsi disini, karena anda dituntut untuk menggunakan kedua belah tangan untuk mencari pegangan.



2 jam perjalanan normal anda akan sampai di pertigaan pertama. Disini anda bisa beristirahat sekedar mengambil napas. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan mengambil arah ke kiri dengan track yang menanjak landai. Setelah melewati batu besar, sekitar 10 menit dari pertigaan anda akan sampai di kulah/Puncak Kancana.

Tempat ini adalah pertemuan dengan jalur dari Wiranjana, Cipasung Majalengka.

Batu Besar Sebelum
Kulah
Ada sedikit aroma mistis di tempat ini. Di naungi pohon besar dengan batu di tengah tengah yang konon adalah petilasan Sanghyang Prabu Wirakancana, selalu bersih terjaga dari sampah bahkan tidak ada rontokan daun daun dari pohon pohon disekitarnya.

Konon disini banyak sekali pertapa pertapa yang tinggal disini sampai berbulan bulan entah dengan maksud apa.

Tahun 90an penulis pun sempat menjumpai orang orang yang sengaja tinggal disini dengan membuat bangunan darurat dari pohon dan daun daunan (bivack).



Puncak Kancana




Untuk melanjutkan ke puncak, anda tinggal lurus mengikuti jalur utama. Jangan mengambil jalur ke kanan menurun karena itu akan membawa anda ke Wiranjana Cipasung.

Jalur Wiranjana
Dari sini track terbilang ringan, landai. Anda hanya akan menemui beberapa tanjakan dan turunan yang tidak begitu berat.
Sekitar 600 meter sebelum puncak, anda akan bertemu dengan jalur dari Bunar di sebelah kiri Anda.

Begitu curamnya? Ya, jalur naik dari Bunar sangat curam.

Curug Gedong




Bumi Perkemahan Hutan
Gedong
Kalau anda berniat langsung ke hutan gedong yang posisi nya di atas Kampung Bunar untuk menikmati Curug Gedong nya, anda bisa lewat jalur ini untuk turun setelah dari puncak nanti. Sekitar 2 jam sampai 2,5 jam anda akan sampai di Kampung Bunar. Dan akan lebih cepat lagi jika anda berani "sosorodotan", namun tidak dianjurkan karena sangat berbahaya.

Jalur landai menuju
Puncak
Sekitar perjalan 2 jam dari kulah tadi, anda akan tiba di Puncak Gunung Cakra Buana atau Puncak Sanghyang Wenang menurut para penduduk setempat.

Puncak Cakra Buana
Di puncak ini juga kita akan bertemu dengan jalur pendakian dari arah Lemah Putih Majalengka.
Ketika musim ziarah tiba, puncak Wenang ini akan dipenuhi oleh masyarakat sekitar, terutama dari daerah Lemah Putih dan Lemah Sugih yang sering penulis temui.
Namun yang mengherankan, berapa banyakpun massa yang datang Puncak Cakra Buana ini selalu dapat menampungnya.



Wallohu'alam..



Catatan : Berhubung sudah lama tidak mencoba mendaki melalui jalur Utara Cakra Buana, maka penulis belum berani mereview jalur Pendakian dari arah Lemah Putih dan Wiranjana Majalengka karena keterbatasan dokumentasi jalur jalur tersebut. Maklum, terakhir mendaki lewat jalur Utara masih menggunakan kamera dengan klise Fuji Film asa 600 yang harus di cuci kemudian di cetak. Dan masalahnya, entah di mana film film tersebut tercecer.

Mudah mudahan dalam waktu dekat bisa segera nge track di jalur jalur tersebut.

Demikian tulisan kali ini, mohon maaf atas banyak kekurangan.

SALAM LESTARI!!!


4 comments:

  1. Replies
    1. Saya uda pernah jalur malangbong finish di lemahsugih :d

      Delete
  2. Kalau dari cakrawati kidul (lemah sugih), itu naiknya dari mana ya ?

    ReplyDelete
  3. Perlu diralat, 4 kabupaten itu Pagerageung Tasikmalaya, Malangbong Garut Ganjaresik Sumedang dan Lemahsugih Majalengka

    ReplyDelete

Support by :

Popular Posts