Wednesday, May 15, 2019

Mengenal Surili, Hewan Endemik Jawa Barat Yang Terancam Punah

Penduduk Jawa Barat pasti tidak asing dan sering mendengar hewan yang bernama "SURILI" ? Sering mendengar tetapi belum tentu pernah melihat fisiknya apalagi di alam bebas.
Surili pernah menjadi maskot perhelatan Pekan Olah Raga Nasional pada tahun 2016 di Jawa Barat.
Surili (Presbytis comata) adalah spesies primata endemik dari Jawa Barat.
Sebenarnya ada sembilan jenis Surili (Presbytis) di Indonesia, yang hidup di pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, tetapi yang paling dikenal adalah surili Jawa (Presbytis comata).

Presbytis comata
Surili Jawa dalam bahasa Inggris dinamai dengan beberapa nama seperti Javan Surili, Grizzled Leaf Monkey, Java Leaf Monkey, dan Javan Grizzled Langur, adapun dalam penamaan lokal mereka dikenal dengan nama Lutung Surili Jawa.
Satwa ini masuk dalam daftar merah International Union For Conservation Of Nature (IUCN) dan Apendix II CITIES sebagai satwa terancam punah karena populasinya diperkirakan berjumlah kurang dari 2.500 individu dewasa pada tahun 2008.

Surili Jawa, Wikipedia
Pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Memasukan Satwa dari keluarga Cercopithecidae genus Presbytis ini ke dalam daftar satwa dilindungi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tentang Perubahan Atas Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi.
Perburuan liar dan kerusakan hutan akibat ulah manusia disinyalir menjadi faktor utama spesies ini semakin terancam keberadaanya di alam. Dulu, Surili Jawa hidup menyebar di seluruh Pulau Jawa. Namun, seiring berjalannya waktu, populasinya menyusut drastis. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman menjadi sebab utama.
Keberadaan Satwa Surili saat ini hanya terpantau di kawasan kawasan Suaka dan Cagar Alam. Mudah-mudahan masih ada kawanan surili di hutan hutan sekitar kita yang luput dari sasaran para pemburu yang tidak bertanggungjawab.

Maraknya kawasan wisata Alam yang berdampingan dengan hutan hutan tradisional dan Kawasan suaka serta Cagar Alam saat ini, semakin mengganggu Habitat surili akibat ramainya aktivitas manusia. Dikhawatirkan aktivitas manusia tersebut dapat berdampak terhadap kelangsungan hidup populasi surili. Karena Surili merupakan spesies yang pemalu dan paling waspada di lingkungannya, mereka sangat sensitif terhadap kehadiran predator dan manusia, bila dibandingkan dengan Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) dan Owa Jawa (Hylobates moloch).

Surili, Foto Dok TNGC
Data Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang memiliki kekayaan keanekaragaman fauna salah satunya dari jenis primata. Primata di TNGC yang memiliki ciri fisik khas adalah Surili (Presbytis comata). Pendugaan populasi hasil monitoring Balai TNGC pada 2012 hingga 2017 terdapat 29 kelompok dari 177 individu. Lokasi penemuan Surili di TNGC memiliki ketinggian yang bervariasi mulai 730 meter diatas permukaan air laut (mdpl) hingga 2.015 mdpl. Surili di kawasan TNGC pada umumnya menempati tiga tipe ekosistem sebagai habitatnya, yakni hutan dataran rendah, hutan sub pegunungan, dan hutan pegunungan. Namun monitoring terakhir tahun 2017 menjumpai Surili berada pada ekosistem sub alpin diketinggian >2.400 mdpl.

Pada tahun 2016, bersamaan dengan pelaksanaan Pekan Olah Raga Nasional di Jawa Barat, telah di lepasliarkan sepasang Surili, Lili dan Lala oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Balai Besar Konservasi Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Propinsi Jawa Barat di Kawasan Cagar Alam Patengan. Melengkapi keberadaan enam kelompok Surili yang telah ada sebelumya.
Surili hidup berkelompok dengan jumlah anggota antara 5 sampai 10 ekor. Setiap kelompok biasanya terdiri atas satu jantan dengan satu atau lebih betina.  Dengan demikian, ia menjadi pejantan dan mengawini seluruh betina yang ada di kelompoknya.

Maskot PON Jabar 2016
Surili jawa termasuk ke dalam keluarga Cercopithecidae genus Presbytis. Surili jawa memiliki ukuran tubuh sedang sampai besar. Ciri-ciri khas monyet ini yang membedakan dengan primata lainnya adalah warna bulu abu-abu diseluruh bagian tubuh, namun berwarna putih di bagian dada. Rambut yang menutupi tubuh cukup panjang dan tebal, rambut di kepala memiliki jambul berujung runcing, alis meremang kaku mengarah ke depan.

Secara morfologi, Surili berukuran kecil dan mempunyai ekor yang panjang. Perubahan warna terjadi mulai dari anak yang baru lahir menuju dewasa. Warna tubuh surili dewasa yaitu hitam atau coklat dan keabuan, mulai dari kepala sampai bagian punggung. Sedangkan untuk warna rambut jambul dan kepala berwarna hitam. Kemudian bagian rambut yang tumbuh di bawah dagu, dada dan perut (ventral), lanjut ke bagian datum lengan dan kaki dan ekor, keseluruhan berwarna putih.
Warna kulit muka surili dan telinganya berwarna hitam pekat agak kemerahan. Surili memiliki iris mata coklat gelap dan rambut alis yang tumbuh mengarah ke depan.

Presbytis comata
Untuk anak Surili yang baru lahir akan berwarna putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala hingga bagian ekor.
Berat tubuh Surili rata-rata berbobot 6.5 kg, dengan panjang tubuh betina dan jantan hampir sama yaitu berkisaran 430-600 mm dan memiliki panjang ekor 560-720 mm. Surili termasuk binatang diurnal yaitu aktif pada siang hari. Sebagian besar aktifitasnya, termasuk tidur, dilakukan di atas dan tergantung dengan adanya pohon (arboreal).

Surili hidup di kawasan hutan hujan tropis primer maupun sekunder mulai dari hutan pantai (ketinggian 0 meter) sampai hutan pegunungan (ketinggian sampai 2000 meter diatas permukaan laut). Seringkali juga surili dijumpai di perbatasan antara hutan dengan kebun penduduk.
Surili biasa dijumpai di kawasan hutan Jawa Barat dan ditemukan pada ketinggian rata-rata 25 meter di kanopi hutan bagian atas. Hutan dengan beragam pohon rindang cocok sebagai habitat Surili. Sebagai hewan arboreal, Surili akan menjelajah dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya. Dalam sepekan, ia bisa menjelajah beberapa pohon di areal hutan, pekan berikutnya ia akan kembali ke pohon pertama yang ia jelajahi.

Jika pohon di suatu kawasan tidak membuatnya nyaman, Surili akan mencari tempat baru. Di saat pencarian area baru inilah tidak jarang surili harus menempuh perjalanan darat. Sedangkan kondisi hutan tidak selamanya saling terkoneksi. Hutan bisa terpotong karena adanya penebangan, perkebunan, lahan perumahan warga, dan lainnya. Semua itu membuat kawasan hutan tempat surili makin mengecil. Maka untuk mempertahankan hidup, terlebih jika populasinya meningkat dimana luasan hutan dan ketersediaan sudah tidak memadai, menuntut kelompok surili harus berpisah dan mencari kawasan baru.

Surili adalah fauna herbivora yang menyukai daun muda, kuncup bunga, buah-buahan dan biji-bijian, serta sesekali memakan serangga, jamur dan tanah. Komposisi makanannya 70 persen daun, sisanya makan biji dan buah. Surili adalah salah satu penyebar biji terbaik di hutan. Jadi yang menumbuhkan pohon-pohon baru salah satunya adalah Surili.
Sesekali Surili Jawa turun ke tanah untuk memakan tanah guna membantu proses pencernaannya.


No comments:

Post a Comment

Support by :

Popular Posts