Saturday, May 18, 2019

Elang Bondol (Haliastur Indus), Maskot Kota Jakarta Yang Terancam Punah

Elang bondol (Haliastur indus) berukuran sedang (43-51 cm), memiliki sayap yang lebar dengan ekor pendek dan membulat ketika membentang. Bagian kepala, leher, dada dan perut berwarna putih, sisanya berwarna merah bata pucat, bagian ujung bulu primer berwarna hitam, dan tungkai berwarna kuning. Pada individu anak secara keseluruhan berwarna coklat gelap, pada beberapa bagian bergaris-garis putih mengkilap. Ia memiliki paruh melengkung dengan ujung runcing untuk merobek atau mengoyak mangsa, dan cakarnya tajam untuk mencengkeram sama seperti pada elang yang lain pada umumnya.

Ealang Bondol di Manado Sulawesi Utara
Foto arifrahman, Wikipedia



Sebarannya mulai dari India, Cina selatan, Asia tenggara, Indonesia, Australia. Di Indonesia, penyebaran nya ada di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua. Sedangkan di Indonesia dan India, dapat ditemukan di daerah pedalaman. Di Kalimantan sendiri, elang bondol dapat di temui di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Elang bondol lebih mirip burung pemakan bangkai dibanding burung pemangsa, namun burung ini memangsa buruan kecil seperti ikan, kepiting, kerang, katak, pengerat, reptil, dan bahkan serangga. Elang bondol mencari makan di atas daratan maupun di atas permukaan air, burung ini terbang melayang di ketinggian 20 - 50 meter di atas permukaan.

Elang bondol menangkap mangsanya di atas permukaan air dengan cakarnya, burung ini tidak menyelam ke dalam air. Elang bondol juga memakan bangkai dari sisa-sisa makanan dan sampah sehingga burung ini cukup umum ditemukan di sekitar pelabuhan dan pesisir tempat pengolahan ikan. Walaupun sering memakan bangkai, elang bondol bukanlah pemangsa yang pasif. Burung ini mendirus burung-burung pantai di area pantai berlumpur sambil terbang untuk mengidentifikasi kelamahan, dapat menyerang pemangsa yang lebih besar seperti elang-laut dada-putih untuk mencuri makanan. Elang bondol memakan tangkapannya saat terbang untuk menghindari pencurian.


Haliastur Indus menangkap mangsa
Habitat terbaik untuk elang bondol adalah area tepi laut yang berlumpur seperti hutan mangrove, muara sungai, dan pesisir pantai. Burung ini juga dapat ditemukan di lahan basah seperti sawah dan rawa. Dengan habitat dekat perairan, elang bondol adalah pemangsa ikan yang lihai. Ia bisa memakan aneka jenis ikan, baik ikan tawar maupun laut dengan cara menangkapnya dari atas permukaan air. Elang bondol merupakan burung yang dilindungi, sama seperti burung pemangsa lainnya. "Mungkin Elang Bondol belum masuk rentan punah. Tetapi populasi (hewan) pemangsa pada umumnya tidak banyak. Seperti kebanyakan hewan dilindungi lainnya yang terancam punah, ancaman populasi elang bondol juga disebabkan manusia. Terlebih karena perburuan ilegal, pencemaran lingkungan dan menyempitnya habitat asli.

Elang Bondol dilindungi oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi. Berdasarkan IUCN 2014 CITIES dan Apendiks II, Elang Bondol terhitung sebagai hewan berisiko rendah. Burung ini sering diburu untuk dijual, sehingga terancam punah.

Elang Bondol (Haliastur Indus)


Berkembang biak pada bulan Januari-Agustus, dan Mei-Juli. Dierami selama 28-35 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 40-56 hari, menjadi dewasa mandiri setelah 2 bulan kemudian. Dalam satu kali bertelur, Elang Bondol menghasilkan 1 - 4 butir telur yang dieraminya selama 28 - 35 hari. Ciri telur Elang Bondol adalah putih, dengan sedikit bintik merah.

Populasi jenis ini bertumbuh secara lambat, karena jumlah telur yang dihasilkan sedikit dan tidak semua dapat bertahan hidup dengan alasan pecah akibat jatuh dari pohon. Selain itu, Elang Bondol di Pulau Kotok dominan pejantan, sehingga perkembangbiakan lambat.
Jumlah burung betina sedikit, karena banyak yang mati akibat stres. Mereka lebih banyak dikerangkeng oleh pemburu.

Pada tahun 1989, elang bondol dan salak condet dijadikan sebagai maskot kota Jakarta. Penetapan si Elang Bondol menjadi maskot kota Jakarta, bermula dari Keputusan Gubernur No. 1796 Tahun 1989. Gubernur Ali Sadikin menetapkan elang berwarna coklat dan berkepala putih dengan posisi bertengger pada sebuah ranting sambil mencengkeram salak Condet sebagai maskot Jakarta.
Adapun filosofi dipilihnya elang bondol karena burung tersebut salah satu jenis burung yang dapat hidup lama, bahkan hingga 70 tahun. Selain itu, elang bondol termasuk dalam jenis unggas yang tangguh dan pantang menyerah pada keadaan. Sehingga diharapkan Jakarta dapat menjadi kota yang tangguh dan tetap mempertahankan eksistensinya.


Elang Bondol menggenggam Salak Condet
Hal itu bisa dilihat di kawasan Cempaka Putih. Di sana terdapat sebuah patung tegak berdiri, yakni patung "burung bondol membawa salak condet". Disadari atau tidak, kita yang sering naik atau melihat Bus TransJakarta pasti  tidak asing lagi dengan Elang bondol menggenggam Salak Condet karena ada di setiap body bus keluaran lama.
Habitat Elang Bondol di Jakarta berada di Kepulauan Seribu.

Di India, dianggap sebagai representasi kontemporer Garuda, burung suci Wisnu. Di Malaysia, Pulau Langkawi setelah burung ('kawi' menunjukkan sebuah batu seperti-oker used yang digunakan untuk menghias tembikar, dan mengarah pada warna bulu primer burung).

Sebuah fabel dari tengah Pulau Bougainville menceritakan seorang ibu yang meninggalkan anaknya di bawah pohon pisang sambil berkebun, dan si bayi melayang ke langit sambil menangis dan berubah menjadi Kaa'nang, yaitu elang bondol, Dan kalungnya berubah menjadi bulu burung.


Klasifikasi ilmiah
Kingdom:Animalia
Filum:Chordata
Kelas:Aves
Ordo:Accipitriformes
Famili:Accipitridae
Genus:Haliastur
Spesies:H. indus
Nama binomial
Haliastur indus



No comments:

Post a Comment

Support by :

Popular Posts