Bangsa Belanda mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm dan bangsa Jerman menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm.
Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan rimbun serta batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Di bawah rimbun nya pohon aren akan menjadi surga bagi organisme pembusukan daun sehingga menghasilkan humus dan meningkatkan kesuburan tanah.
Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam mencegah erosi tanah terutama pada daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih enam meter pada kedalam tanah, sehingga dapat tumbuh baik pada tebing-tebing dan akan sangat baik sebagai pohon pencegah erosi longsor.
Karakteristik Pohon Aren
Pohon Aren adalah Palma yang besar dan tinggi, dapat
mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian
atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk, injuk,
juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi
batang.
Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang
hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita
bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan
keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya.
Berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga
betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol
hingga 2,5 m. Buah buni bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm,
beruang tiga dan berbiji tiga,[2] tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap
tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih
kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak
dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal.
Kegunaan
Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya
populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.
Nira dan Gula
Gula aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang
mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini
mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga
keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya
digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes.
Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau
saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang
yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari
dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.
Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental
dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan
bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar
gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu). Atau,
ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk
gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai gula semut.
Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi
menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga
disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam
kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau
sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai
beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak
yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.
Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan
begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka
dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik.
Kolang Kaling
Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki
2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis
yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda
dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji
itu direndam dalam air kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang
gatal dan beracun. Cara lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah
dikupas, inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama
10-20 hari. Inti biji yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai
buah atep (buah atap) atau kolang-kaling.
Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, manisan atau
dimasak sebagai kolak. Teristimewa sebagai hidangan berbuka puasa di bulan
Ramadhan.
Produk lain
Sebagaimana nipah dan rumbia, daun pohon enau juga biasa
digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup
(janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun
kawung. Lembar-lembar daunnya di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus
barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini
pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang
anyaman sederhana dan sapu lidi.
Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal
menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan
digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah,
pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah,
dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing
dan senar gitar Batak.
Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kaso atau di buat menjadi tongkat. Empulurnya dapat ditumbuk dan di olah menghasilkan sagu aren (Aci Kawung ; sunda). Dan batang yang telah di ambil empulurnya dapat dimanfaatkan sebagai talang atau saluran air.
Selanjutnya Ekologi Dan penyebaran Pohon Aren
Selanjutnya Ekologi Dan penyebaran Pohon Aren
No comments:
Post a Comment