Tuesday, July 18, 2017

Hutan Lereng Gunung Cakrabuana Terancam Gundul Jika Hutan Produksi Di Tebang


Lereng Gunung Cakra Buana
Kp. Bunar Desa Sukapada


Kondisi memprihatinkan akan segera terlihat dengan gundulnya lereng Gunung Cakrabuana akibat pembabatan hutan produksi yang ada di seluruh wilayah Gunung Cakra Buana yang masuk di wilayah 4 kabupaten di Jawa Barat tersebut karena hampir memasuki masa panen.

Yang jadi persoalan, hutan hutan produksi ini sekarang sudah hampir mencapai puncak Gunung Cakrabuana, terutama dari arah Lemah Sugih dan Lemah Putih Majalengka serta daerah Cikabeet Sumedang. Gunung Cakra Buana di kepung perkebunan holtikultura dari berbagai sisi.



Hutan yang semula menjadi sumber mata air akan benar-benar gundul karena pohon pinus, suren, rasamala yang sebagian pohonnya telah mencapai diameter 50 hingga 60 cm, yang mampu yang mampu menahan air nanti akan habis dibabat.

Hutan yang dibabat tersebut sebagian besar akan beralih fungsi menjadi perkebunan kapol, labu, dan tanaman holtikultura lainnya yang tidak bisa menyerap air. Pembabatan hutan besar-besaran yang beralih fungsi ini mau tidak mau akan mengganggu keberlangsungan proses alami fungsi hutan itu sendiri dan akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk kembali pada kondisi dan fungsi utama hutan sebagai penampung cadangan air dan melindungi ekosistem yang terdapat di dalamnya.

Ironis memang, Selama ini saja ketika hutan hutan Produksi yang sebagian besar terdiri dari pohon Pinus masih ada, debit air tidak sederas waktu lereng gunung masih hutan asli dengan pohon pohon endemik hutan setempat.
Maka bisa dibayangkan ketika hutan hutan tersebut kembali menjadi tegalan dan lereng lereng curam gersang tanpa bisa menyimpan air untuk cadangan atau menahan limpasan air permukaan saat hujan datang.

Aplikasi Google earth menunjukan
Bagaimana Cakra Buana di kepung dari semua sisi


Gundulnya hutan akan berdampak pada kerusakan alam, yang dampaknya tak hanya dirasakan oleh warga di pegunungan namun di bagian bawah, baik saat musim hujan ataupun musim kemarau. Saat musim hujan air langsung mengalir tidak bisa diserap pepohonan sebaliknya saat kemarau tak ada air karena sumber mata air habis.

Sungai Ciwalen di Kp. Pangkalan Pagerageung
Lembah Gunung Cakra Buana Kemarau 2010

Lihatlah lereng Gunung Cakra Buana di blok Mangunsewu, Buniasih Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya, saat ini hampir 50 persen tanah milik pribadi di lokasi tersebut adalah perkebunan holtikultura. Hampir tidak ada pohon tahunan yang di tanam sampai dengan batas hutan produksi.
Saat ini saja wilayah Mangunsewu yang melingkupi daerah Selaawi merupakan daerah rawan longsor pada musim penghujan dan rawan kekurangan air pada musim kemarau yang berdampak sekali pada daerah dibawahnya.

Gambaran umum kondisi lereng
Gunung Cakra Buana

Air dari wilayah ini seharusnya mengalir ke sungai Cipada yang airnya mengalir ke Desa Buniasih, Desa Pamoyanan, Kecamatan Kadipaten  Kabupaten Tasikmalaya dan mengairi lahan pertanian daerah ini dan kemudian bermuara ke Sungai Citanduy. 
Kini, pada musim kemarau sedikit sekali debit air atau bahkan nyaris tidak ada air yang mengalir dari hulu sungai Citanduy.

Sungai Ciwalen, kemarau 2015



Hal sebaliknya terjadi ketika musim penghujan datang, ketika curah hujan tinggi debit sungai Citanduy ini besar sekali hingga sungai tidak mampu menampung debit air sehingga terjadi limpahan air ke lahan pertanian yang mengakibatkan kerugian bagi para petani.
Dan penduduk di wilayah muara Cikidang pun kebagian efek melimpahnya debit air yang langsung turun dari lereng lereng gunung karena kurangnya daya tahan dan daya resep air di bagian hulu.
Setiap tahun, wilayah Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya selalu terkena banjir akibat tidak tertampungnya debit air dari Hulu sungai Citanduy dan hulu Sungai Cikidang yang bermuara di wilayah ini.

Dapat dibayangkan, apabila hutan hutan produksi di sekeliling lereng Gunung Cakra Buana di babat habis, sedangkan saat ini saja ketika hutan hutan tersebut masih ada, kondisi alam sedemikian memprihatinkan nya.

Apa yang akan terjadi pada perkampungan perkampungan di lembah lembah lereng Gunung Cakra Buana? Kampung Pangkalan, Kampung Nyalenghor Desa Nanggewer Kecamatan Pagerageung yang tepat sekali berada di bawah lembah yang kanan kirinya dinaungi hutan hutan produksi.
Dalam kondisi yang dianggap normal seperti saat ini saja telah terjadi berapa kali longsoran di wilayah ini yang bahkan sampai merenggut nyawa manusia.

Kampung Pangkalan Pagerageung
Kampung di lembah Cakra Buana

Berdasarkan tinjauan di atas, kini saatnya kita sebagai warga masyarakat yang peduli akan kelestarian alam, Hutan Gunung Cakra Buana khususnya minta kepada Pemerintah agar hutan-hutan di wilayah pegunungan untuk tidak dibabat, namun tetap menjadi kawasan konservasi, terlebih bila hutan tersebut milik Perhutani.
Semoga Perhutani tidak lagi menjadikan wilayah pegunungan sebagai hutan produksi, tapi tetap menjadikannya kawasan konservasi alam.

Untuk hutan produksi bisa dilakukan di wilayah dataran rendah lainnya yang lahannya masih sangat luas. Yang bisa meminimalisir efek samping saat pemanenan hutan produksi tersebut terhadap kelestarian alam dan keselamatan masyarakat sekitar.

Semoga..

No comments:

Post a Comment

Support by :

Popular Posts