Mendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya
merupakan sebuah aktivitas olahraga berat. Kegiatan itu memerlukan kondisi
kebugaran pendaki yang prima. Bedanya dengan olahraga yang lain, mendaki gunung
dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah lingkungan yang sesungguhnya
bukan habitat manusia, apalagi anak kota.
Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang
dalam aktivitasnya yang diistilahkan dengan bahaya obyektif dan bahaya
subyektif. Bahaya obyektif adalah bahaya yang datang dari sifat-sifat alam itu
sendiri. Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih dingin ditambah angin
yang membekukan, adanya hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman permukaan yang
dapat menyebabkan orang tergelincir sekaligus berisiko jatuhnya batu-batuan,
dan malam yang gelap pekat. Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah manusia.
Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia dapat mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta kompas memadai (karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.
Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki
gunung sebagai rekreasi biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan “mudah”
didaki, seperti Gede, Pangrango atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan
persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian. Tidak jarang di antara tubuh
mereka hanya berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit atau air ala
kadarnya.
Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia dapat mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta kompas memadai (karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.
Pendakian Gn. Argopuro |
Meski tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat
mengurangi dampak negatifnya. Misalnya dengan membawa baju hangat dan jaket
tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara. Membawa tenda untuk
melindungi diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter, dan sebagainya.
Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta,
altimeter (alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut), atau
kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan
melakukan orientasi, karena percuma membawa peralatan lengkap tetapi tidak bisa menggunakannya. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak
ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi. Apalagi jika Gunung yang di daki atau kawasan hutan yang akan di tempuh belum di kenal sama sekali.
Memang, saat ini ada teknologi yang bisa mempermudah kita untuk menentukan posisi, jalur dan lainnya dengan akurat yaitu menggunakan GPS (Global Positioning System). Akan tetapi tetap saja pengetahuan kita tentang peta dan kompas mutlak diperlukan. Jangan tergantung dengan teknologi, Karena dalam keadaan darurat kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan GPS tersebut. Bisa saja baterai nya habis atau bahkan tidak mendapat sinyal satelit di tempat tempat tertentu.
Memang, saat ini ada teknologi yang bisa mempermudah kita untuk menentukan posisi, jalur dan lainnya dengan akurat yaitu menggunakan GPS (Global Positioning System). Akan tetapi tetap saja pengetahuan kita tentang peta dan kompas mutlak diperlukan. Jangan tergantung dengan teknologi, Karena dalam keadaan darurat kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan GPS tersebut. Bisa saja baterai nya habis atau bahkan tidak mendapat sinyal satelit di tempat tempat tertentu.
Berlatih dan terus berlatih |
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan
posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada
dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar Navigasi Darat yang harus diketahui dan dikuasai adalah :
Peta
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
- Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
- Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
- Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
- Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
- Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka). Peta pilihan untuk navigator adalah peta topografi skala 1:50.000. Ketika beroperasi di tempat-tempat asing, kita mungkin menemukan bahwa produk-produk peta belum diproduksi untuk mencakup daerah tertentu pada lokasi operasi kita, atau mungkin tidak tersedia untuk unit kita ketika kita membutuhkannya. Oleh karena itu, kita harus siap untuk menggunakan peta yang diproduksi oleh pemerintah asing yang mungkin tidak memenuhi standar untuk akurasi yang ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol-simbol yang mirip dengan yang ditemukan pada peta produksi negara kita tetapi memiliki makna sangat berbeda. Standar akurasi peta topografi adalah derajat yang sesuai dengan posisi horizontal dan vertikal yang mewakili nilai-nilai di peta dengan suatu standar yang ditetapkan. Standar ini ditentukan direktorat terkait berdasarkan kebutuhan pengguna.
- Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk
membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah
kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik
pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan
sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama
lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
Protractor untuk membaca koordinat Geografis |
- Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).
- Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
UTM Grid Reader |
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat
adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita
belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
Unsur dasar peta ;
Unsur dasar peta ;
Untuk dapat menggali informasi
sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta
tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan
sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik
(berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan
vegetasinya.
Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur.
Beberapa ciri dan sifat kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
- Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
- Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
- Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
- Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
- Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
- Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
- Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
- Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
- Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
- Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
- Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai
asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis).
Secara fisik, kompas terdiri dari :
- Badan, tempat komponen lainnya berada
- Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
- Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Kompas Bidik |
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Kompas Orienteering |
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan
sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara
sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu
tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat
dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, kampung, desa dll. Jadi minimal
anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi
untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar.
Langkah-langkah orientasi peta:
Langkah-langkah orientasi peta:
Orientasi Peta |
- Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
- Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
- Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
- Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
- Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai
perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi
anda secara akurat, dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta
dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling
tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat
dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan
dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim
terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi
posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
- Lakukan orientasi peta
- Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
- Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
- Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
- Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
- Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik
(benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di
lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu
benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui
posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin
terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah
melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
- Lakukan orientasi peta
- Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta. ๐บ
- Bidik obyek yang kita amati ⭐
- Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
- Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
- Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara
dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik
sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan
sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth.
Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
Rumus Back Azimuth |
- Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180ยบ maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180ยบ. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200ยบ. Back azimuthnya adalah 200ยบ- 180ยบ = 20ยบ
- Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180ยบ, maka back azimuthnya adalah 180ยบ ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160ยบ, maka back azimuthnya adalah 180ยบ+160ยบ = 340ยบ
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan
kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta
berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini
dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan
untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis
lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak
tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
- Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
- Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
- Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang
dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan
sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man
to man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Tonton Video Kompilasi Bencana Puting Beliung Berikut :
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat
menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai
contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur
sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam
menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan
mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang
matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi
sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan
pembuatan medan lintasan.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca
peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan
kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth
back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal
sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih
membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang
medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah
melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak
informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat.
- Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir.
- Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan.
- Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
- Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
- Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
- Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
- Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
- Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional
bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis
kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua
dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan
bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut
ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira
bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan
dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
- Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
- Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
- Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
- Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
- Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
- Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
- Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat.Demikian seterusnya hingga titik akhir.
- Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
- Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
No comments:
Post a Comment